Dua hari sudah saya tidur di pinggiran danau alias ngecamp di situ lembang jawabarat bersama kawan saya ahmad fadlan,cecen dan grand nama samaran nama aslinya imam jamaludin.Karena merasa telah terlalu lelah,setelah menempuh perjalanan dari situlembang menuju rumah ,maka saya memutuskan untuk menggunakan transportasi bus untuk pulang kembali ke jakarta,dikarnakan terminal pemberhentian
Sayapun langsung menuju terminal dan membeli tiket bus kelas eksekutif dengan maksud dapat benar2 istirahat selama perjalanan pulang. Sewaktu memasuki terminal lewipanjang kota bandung, bus mengangkut penumpang lain, yang kalau saya duga mereka adalah anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang kira2 berumur 6-7 tahun.
Waktu itu malam hari sekitar pukul 7, ketika semua orang di dalam bus sedang tertidur pulas termasuk saya, untuk kemudian terbangun karena si anak tadi berteriak kegirangan ketika mengetahui bahwa di dalam bus itu terdapat AC, bantal, tv, dll. uhh,kampungan bener nih bocah ucap saya dalam hati. jam berikutnya, kelakuan anak tadi tambah menjadi2, bermain di dalam bus, tertawa terbahak2, loncat sana loncat sini, dan hal2 aneh lainnya ia lakukan. Saya benar2 terganggu dibuatnya…
Celakanya…sang ayah tidak sedikitpun menenangkan si anak, malah sang ayah menemani sang anak bermain dan tertawa. ingin sekali rasanya saya menegur mereka dengan nada yang tinggi, menyarankan mereka untuk mengecilkan volome suara atau bahkan untuk diam.
Namun saat itu… saya kemudian mengamati penumpang seisi bus yang didominasi oleh orang2 dewasa (30 th keatas), mereka semua seakan tidak terganggu dengan ulah si anak. padahal suara anak itu benar2 menggangu kami seisi bus, tapi mengapa mereka penumpang lain malah tidak mau ambil pusing dgn kelakuan si anak, mengapa malah saya yang masih muda yang malah kehilangan kesabaran atas kelakuan anak itu.
Disinilah saya mulai berfikir… bahwa mereka, para penumpang lain, yang berumur kebanyakan 30th keatas, telah memperlihatkan kepada saya ttg arti dari hidup. mereka tidak tuli dgn mengabaikan suara si anak yang sangat mengganggu telinga, mereka tidak buta dgn tidak mengacuhkan kelakuan si anak yang lompat sana lompat sini, tapi mereka telah menunjukkan saya kedewasaan seorang “Dewasa”.
Mereka telah memberi saya pelajaran tentang arti dari hidup. maka saya pun berusaha mencoba untuk tidak memperdulikan tingkah anak itu, mencoba untuk memaklumi semua kelakuannya..
Satu lagi pelajaran tentang hidup yang saya dapatkan dari sebuah perjalanan…
ya.. hidup itu TOLERANSI kawan.
bus lebih dekat jaraknya dengan kosan dibanding statsiun gambir ,karna biasanya saya
menggunakan transportasi kreta api .
Sayapun langsung menuju terminal dan membeli tiket bus kelas eksekutif dengan maksud dapat benar2 istirahat selama perjalanan pulang. Sewaktu memasuki terminal lewipanjang kota bandung, bus mengangkut penumpang lain, yang kalau saya duga mereka adalah anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang kira2 berumur 6-7 tahun.
Waktu itu malam hari sekitar pukul 7, ketika semua orang di dalam bus sedang tertidur pulas termasuk saya, untuk kemudian terbangun karena si anak tadi berteriak kegirangan ketika mengetahui bahwa di dalam bus itu terdapat AC, bantal, tv, dll. uhh,kampungan bener nih bocah ucap saya dalam hati. jam berikutnya, kelakuan anak tadi tambah menjadi2, bermain di dalam bus, tertawa terbahak2, loncat sana loncat sini, dan hal2 aneh lainnya ia lakukan. Saya benar2 terganggu dibuatnya…
Celakanya…sang ayah tidak sedikitpun menenangkan si anak, malah sang ayah menemani sang anak bermain dan tertawa. ingin sekali rasanya saya menegur mereka dengan nada yang tinggi, menyarankan mereka untuk mengecilkan volome suara atau bahkan untuk diam.
Namun saat itu… saya kemudian mengamati penumpang seisi bus yang didominasi oleh orang2 dewasa (30 th keatas), mereka semua seakan tidak terganggu dengan ulah si anak. padahal suara anak itu benar2 menggangu kami seisi bus, tapi mengapa mereka penumpang lain malah tidak mau ambil pusing dgn kelakuan si anak, mengapa malah saya yang masih muda yang malah kehilangan kesabaran atas kelakuan anak itu.
Disinilah saya mulai berfikir… bahwa mereka, para penumpang lain, yang berumur kebanyakan 30th keatas, telah memperlihatkan kepada saya ttg arti dari hidup. mereka tidak tuli dgn mengabaikan suara si anak yang sangat mengganggu telinga, mereka tidak buta dgn tidak mengacuhkan kelakuan si anak yang lompat sana lompat sini, tapi mereka telah menunjukkan saya kedewasaan seorang “Dewasa”.
Mereka telah memberi saya pelajaran tentang arti dari hidup. maka saya pun berusaha mencoba untuk tidak memperdulikan tingkah anak itu, mencoba untuk memaklumi semua kelakuannya..
Satu lagi pelajaran tentang hidup yang saya dapatkan dari sebuah perjalanan…
ya.. hidup itu TOLERANSI kawan.
Read More..